Adat Istiadat Kultur Sosial Budaya dan Kesenian Sunda

Berbagi Pengetahuan dan Informasi

Masa Gemilang Kampung Tangkolo

Di masa dahulu sarana perhubungan darat (alat transportasi) bisa di bilang masih sangat langka, yang ada hanya di kota-kota besar saja, sehingga lalu lintas di daerah pedesaan pun harus di tempuh dengan berjalan kaki. Adapun yang menggunakan Kuda tunggang hanya bagi mereka yang terbilang mampu.


Kondisi Geografis yang masih terbilang kampung dan memang benar-benar Hutan liar ini ternyata membawa keberuntungan bagi kampung Tangkolo, yaitu:



Perkembangan kegiatan Usaha Industri kecil


Tangkolo pada saat itu juga menjadi salah satu pusat industri Tikar Pandan, yang pengerjaannya dikerjakan oleh penduduk di setiap sudut rumah.

Oleh karena itu setiap jengkal tanah yang kosong termasuk pekarangan rumah ditanami pohon pandan, yang menjadi bahan baku pembuatan Tikar.

Nilai tambah dari jalur lalu lintas ekonomi pedesaan ini, di Cibanjar muncul beberapa pengusaha indistri kecil yang dating dari utara, seperti Waled dan Luragung dengan mendirikan industry batu bata, genting, ubin, dan gerabah. Yaitu alat-alat kebutuhan rumah tangga yang terbuat dari tanah liat.

Dengan banyaknya para pedagang dari luar kampung Tangkolo terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pribumi dengan pendatang dari luar Tangkolo terutama bagai para pendatang yang mempunyai keterampilan tertentu.



Konsekuensi dari berdirinya usaha industri kecil ini, untuk kebutuhan proses industri kecil diperlukan banyak kayu bakar, sehingga timbulah lapangan pekerjaan baru bagi pengusaha kayu bakar dengan menggunakan kayu-kayu yang tidak dipergunakan untuk kebutuhan pembangunan yang selama ini terbuang.

Perkembangan kegiatan Usaha Perdagangan

Kampung Tangkolo dilewati oleh jalan ekonomi pedesaan yang menghubungkan antara kecamatan Subang(Kuningan) dan kecamatan Rancah(Ciamis), bahkan lebih dari itu sekaligus menghubungkan antara Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Ciamis terutama dipergunakan oleh para pedagang yang menempuh perjalanannya dengan berjalan kaki.



Menjadi semacam tempat transit para pedagang, baik yang dating dari arah utara maupun yang dari se;latan sehingga kampung in berfungsi sebagai kampung Niaga.

Kampung tangkolo ini akhirnya berfungsi sebagai tempat menginap para pedagang dari segala arah, baik bagi mereka yang transit karena mereka akan melanjutkan perjalananya, maupun bagi mereka yang datang menjemput dan mengantar barang dagangan yang telah disepakati bahwa transaksi dilakukan di tempat ini.

Sepanjang kampung Tangkolo, di pinggir-pinggir jalan berderet warung-warung makanan, sehingga menjadi tempat peruntungan bagi mereka yang rumahnya berada di pinggir jalankarena warung-warung tersebut pada umunya menggunakan rumah tinggal.

Dengan hidupnya arus lalu lintas ekonomi perdaganga, maka banyak diantara para petani terutama yang masih muda beralih profesi atau merangkap sebagai petani dan pedagang.

Tidak hanya itu saja, ramainya lalu lintas para pedagang dan pejalan kaki menguntungkan pengusaha rakit di sungai Cijolang. Rakit yang semula hanya diperuntukan bagi lalulintas para petani setempat, sekarang telah berubah menjadi saran penyeberangan lalulintas ekonomi dan perdagangan.

Perkembangan kegiatan usaha tani

Di bidang usaha pertanian tidak banyak mengalami perubahan yang menonjol, namun pada masa itu usaha tani yang paling diminati masyarakat banyak adalah menanam pandan sebagai bahan baku tikar dengan menanami seluruh areal lahan Produktif. Sehingga penanaman pandan di Tangkolo menjadi salah satu andalan masyarakat untuk menjadi sumber keuangan, menjadi sumber kehidupan yang dapat meningkatkan perekonomian rakyat di daerah pedesaan.


Di masa meluasnya pertanian pandan yang dilakukan oleh seluruh penduduk Tangkolo, maka tanaman pandan ini menjadi primadona Usaha Tani dan sudah pernah mengangkat derajat ekonomi rakyat Tangkolo dengan mengambil bibit-bibit yang semula dari pagar halaman dan pagar kebun, kemudian di olah sedemikian rupa sehingg menjadi sumber mata pencaharian yang sangat dominan pada waktu itu.

Akibat dari usaha Tani pandan yang meningkat ini, masyarakat Tangkol yang sehari-harinya mengandalkan usaha tani lainnya berubah menjadi petani pandan dan sekalligus Produsen putihan (daun pandan yang sudah kering dan di raut) dan sekaligus kampung Tangkolo menjadi pasar Putihan yang ramai dikunjungi oleh para pembeli dari berbagai kampung sekitarnya. Untuk hasil produksi Tikar pandan kebanyakan sebagian besar dijual ke daerah utara.

Hal ini berdampak pada masyarakat luar Tangkolo untuk bercocok tanam pandan sehingga bukan kampung tangkolo saja yang menanam pandan, namun sekarang sudah banyak di ikuti oleh kampung-kampung lain disekitarnya.

Perkembangan Kependudukan

Kampung Tangkolo dalam perkembangan berikutnya menjadi kampung terbesar di desa Subang jika dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya, dengan disangga oleh beberapa kampung kecil yang merupakan bagian dari Kampung Tangkolo dan disebut dengan nama Babakan, di utara babakan Cidempul, di timur babakan Cibanjar, dan kampung pakentengan Cibanjar.

Cepatnya pertambahan penduduk di Kampung Tangkolo bukan saja diakibatkan oleh pertambahan penduduk karena kelahiran, tetapi juga disebabkan oleh datangnya penduduk dari luar yang ingin mengembangkan usaha industri kecil.

Pada setip terjadinya pemilihan Kuwu Subang, setiap calon Kuwu akan selalu berusaha untuk menarik simpatik rakyat Tangkolo, karena hampir setiap pemenang yang menjadi Kuwu adalah Calon yang dijagokan oleh penduduk Tangkolo.


Suara masyarakat Tangkolo sangat berpengaruh terhadap jalannya pemerintahan Desa Subang sebab Tangkolo merupakan Kampung terbesar dengan penduduk yang paling banyak di Desa Subang.

Back To Top