Berikut adalah ringkasan sejarah awal Sunda, mencakup masa prasejarah hingga terbentuknya kerajaan-kerajaan awal di wilayah Tatar Sunda (sekarang Jawa Barat dan sekitarnya): 1. Zaman Prasejarah Sebelum abad ke-4 M Manusia purba sudah menghuni wilayah Jawa Barat sejak ribuan tahun lalu. Bukti berupa: Alat batu dari masa Paleolitikum (zaman batu tua) ditemukan di daerah seperti Leles (Garut) dan Sangiran (perbatasan Jateng-Jabar). Budaya Buni (sekitar 400 SM – 100 M): budaya pra-Hindu dengan temuan gerabah berhias geometris di pesisir utara (Bekasi, Karawang, Cirebon). Masyarakat hidup dari berburu, meramu, lalu berkembang ke pertanian dan perdagangan lokal. 2. Kerajaan Tarumanagara (± Abad ke-4 – 7 M) Kerajaan Hindu tertua di Jawa bagian barat. Letaknya sekitar Bogor – Bekasi – Jakarta sekarang. Raja terkenal: Purnawarman, dikenal lewat prasasti batu seperti Prasasti Ciaruteun, Tugu, Jambu → berbahasa Sansekerta, huruf Pallawa. Agama yang dominan saat itu adalah Hindu (aliran Wisnu). ...
Di bidang usaha pertanian tidak banyak mengalami perubahan yang menonjol, namun pada masa itu usaha tani yang paling diminati masyarakat banyak adalah menanam pandan sebagai bahan baku tikar dengan menanami seluruh areal lahan Produktif. Sehingga penanaman pandan di Tangkolo menjadi salah satu andalan masyarakat untuk menjadi sumber keuangan, menjadi sumber kehidupan yang dapat meningkatkan perekonomian rakyat di daerah pedesaan.
Di masa meluasnya pertanian pandan yang dilakukan oleh seluruh penduduk Tangkolo, maka tanaman pandan ini menjadi primadona Usaha Tani dan sudah pernah mengangkat derajat ekonomi rakyat Tangkolo dengan mengambil bibit-bibit yang semula dari pagar halaman dan pagar kebun, kemudian di olah sedemikian rupa sehingg menjadi sumber mata pencaharian yang sangat dominan pada waktu itu.
Akibat dari usaha Tani pandan yang meningkat ini, masyarakat Tangkol yang sehari-harinya mengandalkan usaha tani lainnya berubah menjadi petani pandan dan sekalligus Produsen putihan (daun pandan yang sudah kering dan di raut) dan sekaligus kampung Tangkolo menjadi pasar Putihan yang ramai dikunjungi oleh para pembeli dari berbagai kampung sekitarnya. Untuk hasil produksi Tikar pandan kebanyakan sebagian besar dijual ke daerah utara.
Hal ini berdampak pada masyarakat luar Tangkolo untuk bercocok tanam pandan sehingga bukan kampung tangkolo saja yang menanam pandan, namun sekarang sudah banyak di ikuti oleh kampung-kampung lain disekitarnya.

Di masa meluasnya pertanian pandan yang dilakukan oleh seluruh penduduk Tangkolo, maka tanaman pandan ini menjadi primadona Usaha Tani dan sudah pernah mengangkat derajat ekonomi rakyat Tangkolo dengan mengambil bibit-bibit yang semula dari pagar halaman dan pagar kebun, kemudian di olah sedemikian rupa sehingg menjadi sumber mata pencaharian yang sangat dominan pada waktu itu.
Akibat dari usaha Tani pandan yang meningkat ini, masyarakat Tangkol yang sehari-harinya mengandalkan usaha tani lainnya berubah menjadi petani pandan dan sekalligus Produsen putihan (daun pandan yang sudah kering dan di raut) dan sekaligus kampung Tangkolo menjadi pasar Putihan yang ramai dikunjungi oleh para pembeli dari berbagai kampung sekitarnya. Untuk hasil produksi Tikar pandan kebanyakan sebagian besar dijual ke daerah utara.
Hal ini berdampak pada masyarakat luar Tangkolo untuk bercocok tanam pandan sehingga bukan kampung tangkolo saja yang menanam pandan, namun sekarang sudah banyak di ikuti oleh kampung-kampung lain disekitarnya.