Tangkolo

Adat Istiadat Kultur Sosial Budaya dan Kesenian Sunda

Berbagi Pengetahuan dan Informasi

Orang Sunda suka makan lalapan, kenapa?


Sudah bukan rahasia lagi kalau kebanyakan masyarakat jawa barat, yang mayoritas dihuni oleh orang suku sunda pada umumnya kalau makan biasanya tak lepas dari yang namanya sambal dan lalapan. Kebiasaan memakan lalapan ini sudah terjadi sejak zaman dahulu.

Mengutip dari banyaknya pernyataan yang sering dikemukakan pengamat sejarah kuliner bahwa Lalap Sunda ini sudah disajikan sekitar abad ke 10 Masehi. Dan sajian makanan berupa lalapan ini sudah disebutkan dalam Prasasti Taji yang ditemukan di daerah Ponorogo Jawa Timur. Dalam Prasasti Taji tahun 901 Masehi, disana disebutkan sebuah nama sajian makanan yang bernama ‘Kuluban Sunda’ yang itu artinya adalah lalap.”

Karena kebiasaan inilah maka seringkali kita temukan banyak restoran atau tempat-tempat makan khas sunda yang selalu identik dengan menyajikan berbagai menu lalapan mentah atau sudah dikukus beserta sayur-sayuran lainnya dengan berbagai macam jenis olahan baik itu masih dalam keadaan mentah nan segar ataupun dalam keadaan sudah dikukus (Sunda: dikulub).

Seringkali ditemui menu lalapan ini disajikan dengan sambal dan bahkan tambahan ikan asin. Kebanyakan masyarakat sunda menganggap mewah ketika bisa menyantap makan nasi hangat dengan lalapan, sambal dan ikan asin.

Menurut penelitian sosiologi, jika kebiasaan orang sunda dalam mengkonsumsi lalapan ini tak lepas dari tradisi sosial budaya dan kondisi geografis wilayahnya. Tanah sunda yang dominan dikelilingi pegunungan dan bukit menjadikan daerah jawa barat sebagai tanah yang subur, jadi berbagai macam jenis tanaman bisa tumbuh disana dengan bermacam-macam variasi pangan yang ada dan tumbuh subur ditanah pasundan.

Ruwatan Bumi - Tradisi Suku Sunda


Ruwatan Bumi atau Ngaruwat Bumi merupakan salasatu tradisi yang dilakukan masyarakat sunda sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas limpahan hasil panen bumi yang telah didapat. Ruwatan yang diambil dari akar kata "Ruwat" yang merupakan asal kata dari Basa Sunda yang memiliki arti Merawat.

Tradisi Ruwatan merupakan tradisi suku sunda yang sudah ada dari zaman leluhur dulu dan masih dilestarikan masyarakat sunda sampai saat ini di zaman modern. Tradisi yang dilakukan setahun sekali ini merupakan bentuk penghormatan atas rasa syukur atas nikmat oleh masyarakat pedesaan terhadap pemilik alam atas berkat bumi atau hasil bumi yang melimpah.

Upacara Ruwatan Bumi ini sekaligus momen penting yang bisa mengumpulkan dan mempersatukan masyarakat dalam satu acara demi menjaga dan menciptakan keseimbangan antara kehidupan manusia dengan lingkungan alam.

Kegiatan Ngaruwat Bumi biasanya dilakukan oleh sekumpulan masyarakat dengan membawa hasil bumi untuk kemudian dilakukan arak-arakan mengelilingi jalanan. Tak jarang nantinya dipenghujung acara seluruh masyarakat yang mengikuti jalannya kegiatan ini melakukan makan bersama ditempat yang luas dan terbbuka secara guyub.

Kosa kata Nama Hewan dalam Bahasa Sunda

Kosa kata Nama Hewan dalam Bahasa Sunda

Ini adalah kosakata atau nama lain dari beberapa nama Hewan dalam Bahasa Sunda. Satu nama hewan biasanya ada yang memiliki beberapa nama dalam penyebutannya, bisa satu, dua atau lebih.


Hewan/Binatang dalam bahasa sunda adalah Sato


Ajag | Anjing hutan; Serigala;

Bagong | Babi

Bajing | Tupai

Balakécot | Bekicot

Bangbara | Kumbang

Bancét | Katak sawah

Bangkong | Kodok

Bayawak | Biawak

Berenyit; Gamélong; | Ikan yang kecil-kecil

Beunceuh | Jangkrik

Beurit | Tikus

Bilatung | Belatung

Buweuk | Burung Hantu

Buruy | Kecebong

Cakcak | Cicak

Congcorang | Belalang sembah

Cucunguk; Sumindal; | Kecoa

Cucurut | Curut

éntog | Bebek

Hayam; Hayam Jago/Hayam Danten; | Ayam; Jago/Betina;

Hileud | Ulat

Hurang | Udang

Jarapah | Jerapah

Kalong; Lalay; | Kelelawar

Kamarang | Tawon

Kéong | Siput

Keuyeup | Kepiting

Kica-kica | Kunang-kunang

Kukupu | Kupu-kupu

Kungkang | Walangsangit

Kuya | Kura-kura

Laleur | Lalat

Lancah | Laba-laba

Langgir | Kalajengking

Lasun; Careuh; | Musang; Luwak;

Lauk | Ikan

Londok | Bunglon

Manuk; Japati/Tikukur/Heulang/Piit | Burung; Merpati/Perkutut/Elang/Pipit

Maung | Harimau

Meri | Itik

Munding | Kerbau

Nyiruan | Lebah

Odéng | Tawon

Oray; Ula; | Ular

Papatong | Capung

Reungit | Nyamuk

Rinyuh | Rayap

Séro | Berang-berang

Simeut | Belalang

Siraru | Laron

Sireum | Semut

Soang | Angsa

Titinggi | Kaki seribu

Tongo; | Tungau

Tumbila | Kutu kasur

Ucing; Méong | Kucing

Uncal | Kancil



Berikut Kosa kata untuk Nama-nama Anak Binatang dalam Bahasa Sunda:


Anak Anjing: Kirik

Anak Bandeng:  Nénér

Anak Banteng: Bangkanang

Anak Begu: Babi

Anak Belut: Kuntit

Anak Bogo: Cingok

Anak Kutu: Kuar

Anak Munding : énéng

Anak Sapi: Pédét

Anak Kuda: Belo







Cara Orang Sunda menyebut waktu dalam sehari (24 jam)


Masyarakat sunda pada umumnya dalam penyebutan waktu tertentu mempunyai istilah-istilah yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat 24 istilah kata yang bisa digunakan untuk memberi tahu atau menandakan waktu jam tertentu. Berikut istilah penunjuk waktu yang sering digunakan masyarakat sunda pada umumnya:

Jam 01.00 : Tumorék
Jam 02.00 : Janari Leutik
Jam 03.00 : Janari Gedé
Jam 04.00 : Kongkorongok Hayam
Jam 05.00 : Balebat
Jam 06.00 : Carangcang Tihang
Jam 07.00 : Méléték Panon Poé
Jam 08.00 : Ngaluluh Taneuh
Jam 09.00 : Haneut Moyan
Jam 10.00 : Rumangsang
Jam 11.00 : Pecat Sawed
Jam 12.00 : Tangagé
Jam 13.00 : Lingsir Ngulon
Jam 14.00 : Kalangkang Satungtung
Jam 15.00 : Méngok
Jam 16.00 : Tunggang Gunung
Jam 17.00 : Sariak Layung
Jam 18.00 : Sareupna
Jam 19.00 : Harieum Beungeut
Jam 20.00 : Sareureuh Budak
Jam 21.00 : Tumoké
Jam 22.00 : Sareureuh kolot
Jam 23.00 : Indung Peuting
Jam 00.00 : Tengah Peuting
Tengah Peuting adalah waktu dimana ini sudah menunjukan tengah malam. Dimana pada jam 00.00 adalah bagian tengah atau pertengahan dari gelapnya dunia, yaitu antara jam 18.00 sampai dengan 06.00.

Kamus istilah kata dalam bahasa sunda 1

Bahasa sunda merupakan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari dalam berkomunikasi oleh sebagian besar warga Jawa Barat pada umumnya termasuk Banten. Namun tahukah anda bahwa ada beberapa kosakata di tiap masing-masing wilayah ini menemukan perbedaan penyebutan atau bisa juga pemunculan kosakata baru didaerahnya yang tak semua masyarakat sunda mengerti dan paham akan maksudnya.

Berikut sebagian kecil kosa kata dalam bahasa sunda yang jarang ditemui atau terdengar dalam percakapan orang-orang sunda pada umumnya:

1. Ahéng
Kata "Ahéng" sama saja dengan aneh atau unik atau lain (beda) dari pada yang lainnya.
"Ararahéng": Aneh-aneh (pada aneh)/unik-unik (pada unik)/beda-beda.

Contoh Percakapan:
A: Wa, upami tiasa mah teu kénging ameng sareng jalmi éta!
B: Nya kunaon?
A: Tingali baé atuh anggéanna ahéng compang camping teu matut.

A: Wa, Kalau bisa si jangan main sama orang itu!
B: Lha Kenapa?
A: Liat aja deh pakaiannya aneh compang camping gak pantes.

2. Hageuy
Kata "Hageuy" dalam bahasa sunda adalah kata yang tak semua daerah mengetahui maksud pemaknaannya, walaupun masih berada didaerah sunda itu sendiri.
Kata "Hageuy" ini biasanya hanya berlaku dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari orang-orang sunda yang tinggal di sebagian wilayah Ciamis dan sekitarnya (arah Timur).

Arti kata "Hageuy" ini sangat luas, tak cukup hanya diartikan dengan satu arti kata saja, ini sangat tergantung dengan kontek percakapan apa yang sedang ada dalam pembicaraan.
"Hageuy": bisa berarti iya/meng-iya-kan; menandakan setuju, sependapat dengan statement yang diucapkan atau ditanyakan oleh lawan bicaranya.

Contoh percakapan 1:
[sunda]
A: Kang, kamari anjeun ngiring sareng Bapa teu pas ka ondangan?
B: Hageuy, ngiring.

[indonesia]
A: Kang, kemarin kamu ikut sama Bapak gak pas ke kondangan?
B: Iya, ikut.

Contoh percakapan 2:
[sunda]
A: Néng, itu lauk dina luhur méja tos dipasihkeun ka Ninik teu acan?
B: Hageuy, entos.

[indonesia]
A: Néng, itu ikan di atas meja sudah dikasihkan ke Nenek belum?
B: Iya, sudah.


3. Kah & Kulan
Ada yang tahu bedanya Kah dan Kulan? Dua suku kata yang berbeda dengan pengertian yang sama ini biasanya masih sangat sering digunakan oleh kebanyakan orang  sunda dalam melakukan perbincangannya.

Kata "Kah" dikhususkan untuk dipakai oleh para perempuan sunda, sedangkan untuk "Kulan" dikhususkan untuk digunakan oleh seorang laki-laki sunda.

"Kah" & "Kulan": merupakan kalimat jawab yang halus bagi seseorang yang sedang melakukan percakapan ketika lawan bicaranya menanyakan (memanggilnya).

Contoh percakapan 1:
[sunda]
A: Kang?   | Néng?
B: Kulan   | Kah
A: Nuju naon?
B: Nuju maca artikel tentang istilah basa sunda.

[indonesia]
A: Kang?  | Néng?
B: Euy; Ya;
A: Sedang apa?
B: Sedang membaca artikel tentang istilah bahasa sunda.


4. Wadul
"Wadul": Bohong, Dusta. | "Nga-wadul": Berbohong, Berdusta. | "Ngawaradul": Pada berbohong; ditujukan untuk 'jamak' orang yang berbohong.

Contoh kalimat:
[sunda] Ulah percaya kana omongan si éta! sok wadul.
[indonesia] Jangan percaya pada cerita dia! suka bohong.

[sunda] Hayyaaah!!! ngawadul baé terus sampé sungut geus ngabudah kitu.
[indonesia] Hayyaaah!!!  berbohong aja terus sampai mulut sudah berbusa gitu.


5. Kamerkaan
"Kamerkaan": Merupakan suatu kondisi (akibat) yang sedang dialami perut ketika sudah selesai makan (sebab) terlalu banyak, istilah lainnya disebut Kekenyangan [indonesia]. 

Kata "Kamerkaan" tidak memiliki satu kata asli yang berdiri sendiri, --seperti "Kekenyangan" yang berasal dari kata dasarnya "Kenyang".--

"Kamerkaan" merupakan satu kesatuan kosa kata yang BUKAN berasal dari kata 'merka". ingat itu!

Kosakata Indonesia dalam Bahasa Sunda (Bagian 1)

Kosakata Indonesia dalam Bahasa Sunda (Bagian 1)

Apa: Naon ; Apa-apaan: Nanaonan; Tidak Apa-apa: Teu Naon-naon/ Teu Nanaon;

Begini: Kieu

Begitu: Kitu

Siapa: Saha

Kapan: Iraha

Mengapa: Kunaon/ Naha

Dimana: Dimana

Bagaimana: Kumaha; Kuma;


Aku: Abdi; Simkuring; Kaula; Kula; Aing;

Kamu-Anda: Hidep; Anjeun; Salira; Manéh, Sia;

Dia: Hidepna; Anjeuna; Mantenna; Manéhna;

Kalian: Haridep; Aranjeun; Maranéh; Saria;

Mereka: Araranjeun; Marantenna; Maranéhna;

Kita: Urang


Contoh Kalimat

Apa-apaan kamu? : Nanaonan manéh?

Kamu dimana? : Manéh dimana?

Kamu sedang apa? : Manéh keur naon?


Menurut: Ceuk; Saur

Kalau: Pami; Mun

Seupama: Saumpama/ Saumpami


Contoh kalimat

"Bagaimana Kamu" : Kumaha Anjeun; Kumaha Hidep/ Kuma Hidep; Kumaha Manéh/ Kuma Manéh; Kumaha Salira; Kumaha Sia/ Kuma Sia;

"Bagaimana menurut kamu?"; "Gimana menurutmu?" : Kumaha saur anjeun?; Kumaha ceuk sia?;

"Bagaimana kalau menurut kamu" ; "Bagaimana kalau menurutmu?" : Kumaha mun ceuk manéh?; Kumaha pami saur anjeun?; Kumaha mun ceuk anjeun: Kumaha mun ceuk sia?

Kosa kata sehari-hari dalam Bahasa Sunda

Kosa kata sehari-hari dalam Bahasa Sunda

Bahasa sunda yang merupakan bahasa daerah pribumi penduduk Jawa Barat dan Banten yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Banyak penduduk diluar Jawa Barat dan Banten khususnya dan umumnya didaerah perkotaan yang kadang-kadang sebagian orang menggunakan bahasa sunda dalam kehidupan sosialnya.


Tak banyak yang tahu arti dari kata perkata yang sering diucapkan sehingga terkadang membuat mereka penduduk yang bukan suku sunda tak mengerti apa yang diperbincangkan. Berikut sebagian kosa kata atau kalimat Sunda yang sering banyak orang cari artinya:


Disclaimer: Dalam satu kata diurutkan dari Bahasa Sunda yang Halus ke Kasar.


Abdi; Urang; Kuring; Aing; | Aku; Saya;

Aki; Abah;| Kakek

Anjeun; Manéh; Nyanéh; Sia; | Kamu; Anda;

Anggeus | Selesai

Aya | Ada

Ayeuna | Sekarang

Awak | Badan


Bébérés; Beberesih; | Menata; Bersih-bersih

Baham | Mulut

Bibi | Sebutan untuk Tante (Adiknya Ayah/Ibu)

Biwir | Bibir

Babaturan; Réréncangan; | Teman; Sohib;


Ceuli | Telinga

Ceurik;  Léwéh; Benyéng; | Nangis


Dampal | Telapak

Deungeun | Batur

Didieu | Disini

Diditu | Disana


Engké; Kéheula; | Nanti

éléh; Kéok; | Kalah


Genggerong; Tikoro; | Tenggorokan


Halimpu | Merdu

Haling; Hiling; | Awas

Halodo | Kemarau

Handap; Téoh; Landeuh; | Bawah

Haneut | Anget

Hanjakal; Hanas; | Menyesal

Hareudang | Gerah

Harita | Dulu

Haturnuhun | Terimakasih

Hatur uninga | Memberi tahukan

Hayang; Daék; | Ingin

Hawa | Angin; Cuaca;

Henteu; Teu; | Nggak; Tidak;

Horéam | Malas

Huntu | Gigi


Ibarat | Seperti

Indit | Pergi

Ilahar | Biasa

Ingkah | Pergi


Pangambung; Irung; Babangus; | Hidung

Percanten | Percaya


Kabita | Kepingin

Kadé | Hati-hati;

Kadieu | Kesini

Kaditu | Kesana

Kamari | Kemarin

Karep teuing | Terserah

Karunya | Kasian

Késangan (Késang) | Keringetan (Keringet)

Keur naon?; Nuju naon? | Sedang apa? [atau] Lagi apa

Kieu | Begini

Kinten-kinten | Kira-kira

Kitu | Begitu

Kulem; Saré; Molor; | Tidur

Kumaha? | Bagaimana?


Lanceuk | Kakak

Lampah (Ngalampah); Léngkah (Ngaléngkah); | Langkah (Melangkah)

Létah | Lidah

Leleson | Istirahat

Lieur | Pusing

Luhur; Tonggoh; | Atas

Lumpat; Ngabrit; | Lari


Mamang; Amang; | Sebutan untuk Om (Adiknya Ayah/Ibu)

Mangga; Sumangga; | Silahkan

Mastaka; Hulu; Babatok; | Kepala

Minantu | Menantu

Mitoha | Mertua

Moal enya; Mal enya; Mangkara; Piraku; | Mana mungkin

Moyan | Jemur; Menjemur;


Naha? | Kenapa?

Naon? | Apa?

Nuhunkeun; Ménta; | Minta

Ngeunah | Enak

Nincak; Ngaleyek; | Nginjak; Menginjak;

Ninik; Nini; Enin; | Nenek

Nyeri; Udur; Gering; | Sakit


Panangan; Leungeun; | Tangan

Pangabutuh | Kebutuhan

Panyawat | Penyakit

Permios | Permisi untuk pergi

Piraku? | Masa?

Punten | Permisi


Saha? | Siapa?

Sakapeung; Kapeungan; | Terkadang

Sampéan; Suku; Kokod; | Kaki

Sépak; Tajong;| Tendang

Sésa | Sisa

Sesah; Hésé; Ripuh; | Susah

Seungit | Wangi; Harum;

Sieun | Takut

Soca; Panon; | Mata


Teuleum; Lelep; | Karam

Tiris | Dingin

Tonggong | Punggung

Tos; Entos; Parantos; Geus; Enggeus; | Sudah

Tuang; Neda; Emam; Dahar; Madang; Jajablog; | Makan

Tunduh | Ngantuk


Ubar; Tamba; | Obat

Uhun; Sumuhun; Nya; Enya; Heueuh; | Iya

Upami; Lamun; | Seandainya; Jika; Kalau;

Usum | Musim

Uwa; Wawa; | Sebutan untuk Kakaknya Ayah/Ibu (Laki-laki maupun Perempuan)


Waktos; Wanci; Wayah | Waktu

Wios; Kajeun; | Biarin



Itulah kira-kira sebagian Kosa kata Bahasa Sunda yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.


Wisata Alam Rarangkasan Tangkolo 2019

Tahun ini wisata alam Rarangkasan kembali dibuka. Kegiatan yang dimotori Karang Taruna Genta Sabanusa ini sudah bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat selengkob cijolang.

Back To Top