Langsung ke konten utama

Postingan

Asal mula nama Tangkolo

Diperkirakan pada awal abad ke-18 di suatu tempat pemukiman penduduk di pinggir sungai Cijolang tumbuh sebatang Pohon kayu yang besar dan tinggi serta kokoh berdiri tegak, dan pohon besar ini oleh masyarakat setempat disebut Pohon Kitangkolo. Berdasarkan keterangan yang bersumber dari para sesepuh leluhur pendahulu kita, istilah Tangkolo diambil dari nama Pohon Kitangkolo itu. Jadi Kitangkolo ini nama sejenis pepohonan hutan liar yang tidak sengaja ditanam, tetapi tumbuh secara alamiah di daerah kampung Tangkolo sekarang. Jenis pohon Kitangkolo ini pada waktu itu tidak terdapat di tempat lain kecuali di daerah ini dan pada masa sekarang sudah tidak dijumpai lagi. Pohon Kitangkolo ini nampaknya sudah punah semua karena ditempat lain pun sudah tidak terdengar lagi keberadaannya. Penggunaan nama pohon-pohonan yang dipakai menjadi nama suatu tempat dimasyarakat Pasundan di masa  lampau rupanya sudah menjadi kebiasaan umum, hal ini masih dapat kita lihat sekarang banyaknya kampung-kam...

Istilah-istilah peribahasa sunda (Bagian.3)

Ngabuntut bangkong Tak jelas ujungnya. Ngarawu ku siku Serakah. Ngégéel curuk Tak mendapatkan hasil. Ngodok liang buntu Mencari sesuatu kesana kemari tapi tak mendapatkan hasil.  Ngudag julang, ngaleupaskeun peusing Melepaskan sesuatu yang sudah pasati, dan malah mengejar sesuatu yang belum pasti. Nu burung diangklungan nu édan dikendangan Yang salah dibenar-benarkan. Panjang léngkah Banyak pengalamannya. Panjang leungeun Orang yang suka mencuri. Pindah pileumpangan Rubah sikap dan kelakuan.  Sacangreud pageuh, sagol ék pangk ék Segala janji atau omongan harus benar dan nyata adanya, tidak boleh mengingkari janji atau omongan. Saketek sapihaneuan, sabata sarimbagan Satu hati dalam perasaan, bersama-sama senasib sepenanggungan. Salisung garduh Bekerjasama dalam persekongkolan. Sapapait samamanis Bersama-sama dalam suka maupun duka. Sapi anut ka banténg Perempuan (Isteri) nurut pada Laki-laki (Suami). Sapu nyéré pegat simpay Berpisah tempat...

Istilah-istilah peribahasa sunda (Bagian.2)

Galak timburu Cemburuan Gantung déngé Merasa kurang puas menguping Getas harupateun Gampang menuduh dan menghakimi orang lain. Geus turun amis cau Sudah beranjak dewasa. Goréng peujit Jelek hati, (sifat) dengki. Gugon tuhon Teguh pada pendirian yang benar. Gunung teu tutugan, sagara tanpa wates Tak ada batas dan ujungnya. Gurat batu Susah diatur, kukuh pada pendirian gimana maunya sendiri. Gurat cai Tak bisa dipegang janji dan omongannya. Hambur bacot murah congcot Gampang ambekan (marah) tapi baik hati.  Hampang birit Orang yang gampang untuk disuruh melakukan sesuatu (rajin). Hampang leungeun Orang yang suka main pukul. Handap asor Sopan terhadap sesama. Handap lanyap Bicaranya bagus, tapi maksudnya (menyinggung) merendahkan dan menghina. Haréwos bojong Bisik-bisik tapi terdengar oleh orang disebelahnya. Heuras genggerong Gaya bicaranya kasar, selalu pake urat. Heureu...

Istilah-istilah peribahasa sunda (Bagian.1)

Abong biwir teu diwengku abong létah teu tulangan Segala sesuatu yang diceritakan dengan tidak mempertimbangkan baik buruknya, dengan kata lain bicara semaunya.  Adam lali tapél  Poho ka dulur sorangan jeung tanah kalahiran. Lupa dengan saudara sendiri dan tanah kelahiran.  Adat kakurung ku iga Watak manusa nu geus ngadarah daging. Watak manusia yang susah untuk dirubah.  Adéan ku kuda beureum Pam ér ku barang batur nu lain milikna. Pamer, sombong dengan barang yang bukan miliknya (pinjaman milik orang lain).  Adigung adiguna/Gedé hulu Ged é hulu. Besar kepala (Sombong). Adil palamarta Sangat adil dan berbudi luhur.  Adu regeng Kurang tenaga. Adu telu ampar tiga Perkara nu keur digaw éan. Perkara yang sedang diselesaikan. Agul ku payung butut Agul ku barang nu lain milikna. Membanggakan keturunannya sendiri.  Aki-aki tujuh mulud Laki-laki yang sudah sangat tua usianya. Aku-aku angga Mengaku-ngaku sebagai barang miliknya,...

Kecamatan Subang Raih Penghargaan Pajak Bumi dan Bangunan

Di tahun 2018 ini puluhan Desa dan Kecamatan se-Kabupaten Kuningan Jawa Barat mendapatkan penghargaan untuk pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan terbaik dari Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (Bappenda) atas kinerjanya dalam hal pelunasan PBB. Kegiatan yang diselenggarakan pada hari Rabu, 12 Desember 2018 ini berlangsung di Aula Hotel Purnama Cigugur-Kuningan.  Bentuk penghargaan ini diberikan secara khusus oleh Bupati H. Acep Purnama SH., M.H. di dampingi wakilnya M Ridho Suganda S.H., M.Si., tak hanya itu, acara ini turut pula dihadiri oleh Kapolres Kuningan dan Kodim serta pejabat pimpinan daerah dan beberapa pejabat lainnya termasuk Kepala KPP Pratama Kuningan dan Kepala Kantor Pos Kuningan. Dalam sambutannya, Kepala Bappenda Dr. A Taufik Rohman M.Si., M.Pd. menuturkan, "Ini adalah bentuk penghargaan kepada kami, kepada mereka yang sudah berjuang agar pembayaran PBB tepat waktu dan lancar".   Pada pagi hari itu berdasarkan dari hasil penilaian tim kabupaten,...

MUNDAY Rarangkasan Cijolang

MUNDAY! Kami masyarakat Desa Tangkolo menyebutnya demikian, yang berarti adalah menangkap ikan ramai-ramai disungai cijolang dengan memakai tangan kosong dan atau menggunakan peralatan seadanya seperti jaring "masyarakat setempat menyebutnya, Sair atau Anco". Nama lainnya dari Munday sering kita kenal dengan istilah Ngobeng, Nguber, dan Gubyag. Adapun penyebutan nama lain yang berbeda selain yang telah disebutkan itu tergantung istilah di tiap-tiap daerahnya. Kegiatan Munday yang di Sponsori oleh BUKALAPAK dan di inisiasi oleh Karang Taruna Genta Sabanusa Tangkolo ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan warisan leluhur masyarakat yang sudah ada sejak zaman dahulu. Disamping itu, diadakannya kegiatan ini dimaksudkan untuk mengajarkan kepada para generasi muda khususnya agar selalu senantiasa menjaga dan merawat keberlangsungan ekosistem yang ada dari berbagai macam pengrusakan lingkungan, terutama penangkapan ikan dengan menggunakan obat beracun dan alat-alat modern l...