Atas kehendak Illahi rabb pada suatu malam telah terjadi bencana alam dengan turunnya hujan lebat yang luar biasa, sehingga air sungai Cijolang meluap tinggi naik melampaui kapasitas daya tampung sungai. Sehingga menggenangi seluruh bagian dataran yang rendah, mulai dari pesawahan, perkampungan, bahkan termasuk bagian bukit yang paling rendah.
Akibat kuatnya tekanan air sungai, tanah genting pada bagian bukit yang tipis dan sekaligus menjadi satu-satunya dinding penyekat antara sungai di bagian hulu dan sungai di bagian hilir sedikit demi sedikit terkikis habis di ikuti dengan longsoran tanah yang begitu dahsyat. Dan pada akhirnya bagian bukit yang paling rendah dan paling tipis itu jebol atau dalam bahasa sundanya (Rangkas). Setelah kejadian itu, sungai Cijolang itu pun berpindah tempat, yang semula melingkari kampung di bagian barat dan selatan, kini beralih ke bagian tengah pesawahan yang rendah di sebelah Timur, mulai dari tempat rangkas sampai bertemu lagi dengan sungai semula di muara sungai Cigintung sekarang. Sungai yang semula melingkari kampung Tangkolo kini berubah menjadi lurus membelah kampung semula.
Rangkasnya/jebolnya sungai Cijolang di malam hari itu terjadi menjelang pagi hari. Diawali dengan turunya hujan lebat dari mulai sore hari secara terus menerus yang di ikuti dengan banjir besar yang naik ke perkampungan warga. Dimalam hari dikala masyarakat sedang tidur beristirahat, dan sebagian orang-orang yang sedang melaksanakan Tugas Ronda mendengar suara ledakan keras disertai suara gemuruh air yang memuncak, sehingga seluruh warga kampung tangkolo terasa bergetar bagaikan mengalami guncangan akibat dari gempa bumi.
Dengan terdengarnya ledakan ini, seluruh masyarakat yang sedang tidur di bangunkan oleh para petugas ronda di iringi dengan bertalu-talunya suara kentongan yang di pukul keras secara terus-menerus agar semua penduduk yang ada di dalam rumah bangun dan keluar rumah.setelah bunyi ledakan keras terdengar, air banjir semakin meluap ke perkampungan warga dengan kondisi hujan yang masih belum mereda. Sesampainya di pagi hari penduduk setempat tidak bisa tidur karena harus menyelamatkan barang-barang yang mungkin hanyut terkena sapuan air banjir dan siap untuk menjaga segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Menurut penuturan para sesepuh dari Baregbeg Tambak Sari kabupaten Ciamis, rangkasnya sungai Cijolang pada hari kamis Bulan Syawal Mulud tahun 1886 Masehi yang didahului dengan terjadinya hujan yang terus menerus selama tujuh hari terakhir, menyebabkan semua perlengkapan rumah seperti kasur, hewan ternak, dan lain-lain harus di pindahkan ke tempat yang lebih tinggi. Pada waktu itu di perkirakan ketinggian air menggenangi perkampungan sekitar 80cm.
Pada pagi harinya penduduk dapat mengetahui persis dan menyaksikan keadaan yang sebenarnya terjadi, bahwa sungai Cijolang sudah rangkas akibat luapan air sungai. Penduduk baru bisa mengetahuinya setelah hari mulai terang, karena pada waktu malam harinya penduduk tidak ada yang bisa melihat lokasi kejadian itu dari dekat sehubungan dengan luapan air yang tinggi dan gelapnya malam.
Mengenai kepastian tanggal dan bulan masehi yang tepat saat terjadinya rangkasnya sungai cijolang belum ditemukan catatannya, namun salah seorang diantara orang tua di kampung Bantar Dendeng dan pernah menjadi Ngabihi di Desa bantar Dendeng, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama si banjir, karena pada saat kelahirannya berbarengan dengan peristiwa banjir di kampung Tangkolo, sehingga namanya yang aslinya tidak diketahui oleh orang banyak.
Akibat kuatnya tekanan air sungai, tanah genting pada bagian bukit yang tipis dan sekaligus menjadi satu-satunya dinding penyekat antara sungai di bagian hulu dan sungai di bagian hilir sedikit demi sedikit terkikis habis di ikuti dengan longsoran tanah yang begitu dahsyat. Dan pada akhirnya bagian bukit yang paling rendah dan paling tipis itu jebol atau dalam bahasa sundanya (Rangkas). Setelah kejadian itu, sungai Cijolang itu pun berpindah tempat, yang semula melingkari kampung di bagian barat dan selatan, kini beralih ke bagian tengah pesawahan yang rendah di sebelah Timur, mulai dari tempat rangkas sampai bertemu lagi dengan sungai semula di muara sungai Cigintung sekarang. Sungai yang semula melingkari kampung Tangkolo kini berubah menjadi lurus membelah kampung semula.
Rangkasnya/jebolnya sungai Cijolang di malam hari itu terjadi menjelang pagi hari. Diawali dengan turunya hujan lebat dari mulai sore hari secara terus menerus yang di ikuti dengan banjir besar yang naik ke perkampungan warga. Dimalam hari dikala masyarakat sedang tidur beristirahat, dan sebagian orang-orang yang sedang melaksanakan Tugas Ronda mendengar suara ledakan keras disertai suara gemuruh air yang memuncak, sehingga seluruh warga kampung tangkolo terasa bergetar bagaikan mengalami guncangan akibat dari gempa bumi.
Dengan terdengarnya ledakan ini, seluruh masyarakat yang sedang tidur di bangunkan oleh para petugas ronda di iringi dengan bertalu-talunya suara kentongan yang di pukul keras secara terus-menerus agar semua penduduk yang ada di dalam rumah bangun dan keluar rumah.setelah bunyi ledakan keras terdengar, air banjir semakin meluap ke perkampungan warga dengan kondisi hujan yang masih belum mereda. Sesampainya di pagi hari penduduk setempat tidak bisa tidur karena harus menyelamatkan barang-barang yang mungkin hanyut terkena sapuan air banjir dan siap untuk menjaga segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi.
Menurut penuturan para sesepuh dari Baregbeg Tambak Sari kabupaten Ciamis, rangkasnya sungai Cijolang pada hari kamis Bulan Syawal Mulud tahun 1886 Masehi yang didahului dengan terjadinya hujan yang terus menerus selama tujuh hari terakhir, menyebabkan semua perlengkapan rumah seperti kasur, hewan ternak, dan lain-lain harus di pindahkan ke tempat yang lebih tinggi. Pada waktu itu di perkirakan ketinggian air menggenangi perkampungan sekitar 80cm.
Pada pagi harinya penduduk dapat mengetahui persis dan menyaksikan keadaan yang sebenarnya terjadi, bahwa sungai Cijolang sudah rangkas akibat luapan air sungai. Penduduk baru bisa mengetahuinya setelah hari mulai terang, karena pada waktu malam harinya penduduk tidak ada yang bisa melihat lokasi kejadian itu dari dekat sehubungan dengan luapan air yang tinggi dan gelapnya malam.
Mengenai kepastian tanggal dan bulan masehi yang tepat saat terjadinya rangkasnya sungai cijolang belum ditemukan catatannya, namun salah seorang diantara orang tua di kampung Bantar Dendeng dan pernah menjadi Ngabihi di Desa bantar Dendeng, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama si banjir, karena pada saat kelahirannya berbarengan dengan peristiwa banjir di kampung Tangkolo, sehingga namanya yang aslinya tidak diketahui oleh orang banyak.
Labels:
Sungai Cijolang Rangkas
Terimakasih sudah membaca Sungai Cijolang Rangkas. Silahkan untuk membagikan!