Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cikal bakal kampung Tangkolo

Asal mula nama Tangkolo

Diperkirakan pada awal abad ke-18 di suatu tempat pemukiman penduduk di pinggir sungai Cijolang tumbuh sebatang Pohon kayu yang besar dan tinggi serta kokoh berdiri tegak, dan pohon besar ini oleh masyarakat setempat disebut Pohon Kitangkolo. Berdasarkan keterangan yang bersumber dari para sesepuh leluhur pendahulu kita, istilah Tangkolo diambil dari nama Pohon Kitangkolo itu. Jadi Kitangkolo ini nama sejenis pepohonan hutan liar yang tidak sengaja ditanam, tetapi tumbuh secara alamiah di daerah kampung Tangkolo sekarang. Jenis pohon Kitangkolo ini pada waktu itu tidak terdapat di tempat lain kecuali di daerah ini dan pada masa sekarang sudah tidak dijumpai lagi. Pohon Kitangkolo ini nampaknya sudah punah semua karena ditempat lain pun sudah tidak terdengar lagi keberadaannya. Penggunaan nama pohon-pohonan yang dipakai menjadi nama suatu tempat dimasyarakat Pasundan di masa  lampau rupanya sudah menjadi kebiasaan umum, hal ini masih dapat kita lihat sekarang banyaknya kampung-kam...

Pergeseran Pemukiman Para Petani

Akibat adanya pergeseran tempat tinggal, yang mulanya hanya satu dua rumah saja yang berpindah, akhirnya seluruh pemukiman penduduk berpindah tempat dari Kiara Beas menuju ke arah selatan  secara keseluruhan. Maka terjadilah penggabungan penduduk. Penggabungan ini bukan hanya dari Kiara Beas saja, namun di ikuti pula oleh penduduk yang terpencar di beberapa kelompok lainnya, yang tadinya terpisah dan bertebaran dimana-mana, sekarang berhimpun ke dalam satu kelompok yang berada di wilayah selatan semua. Akhirnya para pemukim gabungan yang semula bertebaran ini menjadi satu kesatuan kelompok penduduk yang menjadi cikal bakal penduduk Kampung Tangkolo.

Terbentuknya Kampung Tangkolo

Penduduk awal Kampung Tangkolo Perkiraan awal abad ke-18 pemukiman petani yang berdektan  dengan sungai cijolang yang selanjutnya oleh penduduk setempat disebut Kampung Tangkolo ini baru dihuni oleh Tujuh kepala keluarga. Ketujuh kepala keluarga ini kemungkinan berasal dari satu keluarga, kehidupan mereka sehari-harinya adalah bertani dengan kebudayaannya adalah Islam. Buyut Jamudin Berdasarkan dengan cerita yang dituturkan oleh para orang tua, pada suatu waktu Kampung Tangkolo kedatangan seorang tamu yang mengaku bernama Jamudin. Selanjutnya Jamudin ini menjadi penduduk Kampung Tangkolo karena Dia tidak kembali pulang lagi ke kampung asalnya, hingga akhirnya Jamudin menikah dengan penduduk Kampung Tangkolo. Menurut pengakuan Jamudin, Dia berasal dari Kesultanan Cirebon, tetapi sebagian orang tua menyatakan bahwa Jamudin itu sebenarnya berasal dari mataram. Kalau Jamudin berasal dari  keturunan mataram, ada kemungkinan keturunan dari sisa-sisa laskar Sultan Agung Mataram ...

Pemukiman Penduduk Di Pinggir Sungai Cijolang

Di pinggir Sungai Cijolang di area yang berbatasan dengan wilayah ciamis, ada juga rumah penduduk yang banyak ditumbuhi pohon-pohonan yang besar, dan diantaranya ada salah satu pohon terbesar dan tertinggi yang disebut dengan pohon Kitangkolo. Lokasi tempat pohon Kitangkolo ini diperkirakan berada diantara pemukiman Tangkolo sekarang dan sungai Cigintung. Kemungkinan berada pada area pesawahan di sebelah timur jembatan penghubung antara Cigintung dan Bantar Dendeng.

Pemukiman Penduduk Di Sekitar Gunung Susuh

Diperkirakan pada abad k2-17, diantara para petani yang berpindh kea rah selatan ini, ada juga petani lain yang datang dari subang barat sebanyak dua kepala keluarga dari satu keutrunan pedukunan cimanggang, yang memilih lokasi tinggal di daerah selatan. Mereka itu adalah kaka beradik. Kakanya yang bernama candra diwangsa memilih tinggal di dataran yang agak tinggi di sebelah utara Gunung Susuh yaitu Cidempul sekarang, tetapi areal lokasi pertanian yang dipilih di daerah selatan yang berdekatan dengan sungai cijolang. Sedangkan adiknya yang bernama candra dinata memilih tinggal di daerah selatan gunung susuh dan diperkirakan  berada di sebelah timur mesjid alfurqon mandalawangi, bahkan menurut penjelasan dari para sesepuh tepatnya di lokasi bekas rumah aki madnawi. Adiknya ini meimilih lokasi pertanian di dataran rendah juga, dengan mengambil lokasi dari selatan ke utara, memanjang mengikuti sepanjang sungai ciawi ke arah hulu. Perlu ditambahkan disini bahwa migrasi penduduk ...