Diperkirakan pada awal abad ke-18 di suatu tempat pemukiman penduduk di pinggir sungai Cijolang tumbuh sebatang Pohon kayu yang besar dan tinggi serta kokoh berdiri tegak, dan pohon besar ini oleh masyarakat setempat disebut Pohon Kitangkolo. Berdasarkan keterangan yang bersumber dari para sesepuh leluhur pendahulu kita, istilah Tangkolo diambil dari nama Pohon Kitangkolo itu. Jadi Kitangkolo ini nama sejenis pepohonan hutan liar yang tidak sengaja ditanam, tetapi tumbuh secara alamiah di daerah kampung Tangkolo sekarang. Jenis pohon Kitangkolo ini pada waktu itu tidak terdapat di tempat lain kecuali di daerah ini dan pada masa sekarang sudah tidak dijumpai lagi. Pohon Kitangkolo ini nampaknya sudah punah semua karena ditempat lain pun sudah tidak terdengar lagi keberadaannya. Penggunaan nama pohon-pohonan yang dipakai menjadi nama suatu tempat dimasyarakat Pasundan di masa lampau rupanya sudah menjadi kebiasaan umum, hal ini masih dapat kita lihat sekarang banyaknya kampung-kam...
Akibat adanya pergeseran tempat tinggal, yang mulanya hanya satu dua rumah saja yang berpindah, akhirnya seluruh pemukiman penduduk berpindah tempat dari Kiara Beas menuju ke arah selatan secara keseluruhan. Maka terjadilah penggabungan penduduk. Penggabungan ini bukan hanya dari Kiara Beas saja, namun di ikuti pula oleh penduduk yang terpencar di beberapa kelompok lainnya, yang tadinya terpisah dan bertebaran dimana-mana, sekarang berhimpun ke dalam satu kelompok yang berada di wilayah selatan semua. Akhirnya para pemukim gabungan yang semula bertebaran ini menjadi satu kesatuan kelompok penduduk yang menjadi cikal bakal penduduk Kampung Tangkolo.